Per Januari Tahun 2020, komposisi sampah yang
dihasilkan masyarakat Kota Cimahi masih
didominasi sampah organik yang mencapai 50%, sampah kertas
8,6%, sampah plastik 15,6%, sampah logam
3,%, sampah kain 5,3%, sampah gelas kaca
3,0%, sampah B3 RT 1,4% dan Sampah lainnya 12,%. Sementara untuk cakupan
layanan keseluruhan pengelolaan sampah yang ditangani DLH Kota Cimahi masih berada pada posisi 95%.
Pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan
sampah harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, paradigma baru dengan
memandang sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai manfaat.
Angka timbulan sampah organic yang masih tinggi di Kota Cimahi dapat diatasi dengan pengelolaan sampah yang sesuai. Salahsatu alternatif pengolahan sampah organic yang sering ditemui adalah membuat sampah organik menjadi bahan kompos dan biodigester. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat eco-enzym.
Apa eco-enzyme?
Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon
Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan
proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita
buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik
seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu),
dan air.
Produk eco-enzyme merupakan
produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat. Pembuatan
eco-enzym hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organic
sayur dan buah. Pemanfaatan eco-enzym dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah
sampah rumah tangga terutama sampah organic yang komposisinya masih tinggi.
Dalam pembuatannya, eco-enzym membutuhkan container berupa wadah yang
terbuat dari plastik, penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari
karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Eco
enzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada
pembuatan kompos dan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi
tertentu.
PROSES ECO-ENZYM
Jenis sampah organik yang diolah menjadi eco
enzyme hanya sisa sayur atau buah yang mentah. Fermentasi yang
menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan hanya dapat
diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat (gula) di dalamnya.
Proses pembusukan dan fermentasi daging berbeda dengan tanaman. Daging akan
cepat membusuk dan menghasilkan patogen pada suhu yang tidak teregulasi. Jika
ingin membuat eco enzyme, atau ingin sampah organik Anda diolah oleh agen
sampah, pastikan sampah sisa sayur dan buah terpisah dari sampah organik atau
non-organik lainnya.
Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama,
akan dihasilkan alcohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan
pada bulan ketiga menghasilkan enzyme. Pada bulan ketiga, EE kita sudah bisa
dipanen. Caranya adalah dengan menyaring menggunakan kain yang sudah tidak
terpakai atau baju juga bisa digunakan untuk saringan. Sisa atau ampas EE dapat
kita gunakan untuk beberapa manfaat seperti:
- Sebagai starter (ease) atau untuk membantu mempercepat
proses pembuatan EE selanjutnya.
- Untuk membantu proses penguaraian di dalam septitank.
Untuk itu, ampas ini kita hancurkan dan masukkan ke dalam saluran toilet.
- Sebagai kompos dengan cara meletakkannya selapis demi
selapis di dalam tanah.
Berikut merupakan beberapa manfaat cairan
eco-enzim
1. Sebagai Cairan Pembersih
2. Pupuk tanaman
Eco-enzyme berguna
untuk menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan
kualitas dan rasa buah dan sayuran yang kamu tanam. Aplikasi: campurkan 30
ml Eco-enzyme ke dalam 2 liter air. Masukkan campuran larutan air
dan Eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke tanah di
sekitar tanamanmu atau langsung ke tanamanmu kalau tanamanmu terkontaminasi
oleh hama.
side note: Jangan
gunakan 100% larutan eco-enzym ke tanah atau tanamanmu karena akan membuat
tanah asam dan “membakar” tanamanmu.
3. Pengusir hama
Eco-Enzyme sangat
efektif untuk mengusir hama tanaman seperti anggrek dan sayu-sayuran bahkan
hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat,
nyamuk, dan serangga lainnya. Aplikasi: campurkan 15 ml Eco Enzyme ke
dalam 500 ml air. Masukkan campuran larutan air dan Eco-enzyme ini kedalam
botol semprot dan semprotkan ke area yang kamu targetkan untuk bebas hama
4. Melestarikan lingkungan
Larutan pembersih
komersial yang ada sekarang sering kali mengandung berbagai jenis senyawa kimia
seperti fosfat, nitrat, amonia, klorin dan senyawa lain yang berpotensi
mencemari udara, tanah, air tanah, sungai dan laut.
Penggunaan Eco-enzyme sebagai larutan pembersih alami berkontribusi
menjaga lingkungan bumi kita.
CARA PEMBUATAN ECO-ENZIM
Bahan
Sampah Organik (sayur atau buah mentah) : Gula : Air = 3 : 1
: 10
Contohnya :
900g kulit buah : 300g gula : 3000 (ml)
atau
300g kulit buah : 100g gula : 1liter air
Cara
pembuatan:
1. Tuang semua bahan
ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian
campur gula dan air dalam botol.
2. Simpan di tempat
yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah
3. Biarkan selama 3
bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali,
kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas yang
dihasilkan.
4. Kadang ada lapisan
putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk
rata kemudian tutup
5. Setelah 3 bulan,
saring eco enzyme menggunakan kain kasa atau saringan.
6. Residu dapat
digunakan lagi untuk batch baru produksi dengan menambahkan sampah segar.
Residu juga bisa dikeringkan, kemudian diblender dan dikubur di dalam tanah
sebagai pupuk.
Catatan penting!
·
Gunakan wadah yang bisa mengembang karena wadah akan terisi gas,
maka dari itu perlu dibuka secara berkala untuk mengeluarkan gas
·
Sampah untuk membuat enzim tidak termasuk kertas, plastik,
logam atau bahan kaca.
·
Hindari makanan berminyak, ikan atau sisa daging (bisa
digunakan sebagai bahan kompos kebun). Untuk membuat enzim berbau segar,
tambahkan kulit jeruk / lemon atau daun pandan, dll.
·
Warna ideal dari enzim eco adalah coklat gelap. Jika berubah
menjadi hitam, tambahkan gula dalam jumlah yang sama untuk memulai proses
fermentasi lagi.
·
Mungkin memiliki lapisan putih, hitam atau coklat di atas
enzim, abaikan saja. Jika Anda menemukan lalat dan cacing dalam wadah, biarkan
dan reaksi kimia enzim akan melarutkannya secara alami.
·
Eco-enzyme tidak akan pernah kadaluwarsa. Jangan simpan di
kulkas.
Indikator Eco-Enzim
bereaksi dengan baik:
1. Warna nya cerah sesuai dengan bahan yang kita gunakan. Namun warna ini
akan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tergantung dengan bahan
yang kita gunakan. Bahkan jika bahan yang digunakan sudah sama namun micro
organisme yang berbeda akan menyebabkan warna yang berbeda.
2. Aroma nya sesuai dengan bahan (tidak berbau busuk)
3. Ada jamur putih. Kalau jamurnya hitam berarti gagal, dan kita harus
segera memulihkannya dengan cara menambahkan gula kedalam wadah sesuai takaran
semula.
4. Setiap
hari dalam bulan pertama sebaiknya dibuka untuk mengeluarkan gas. Pada saat
membuka tempat Eco-Enzyme, jika ada bahan yang tidak tenggelam maka dapat kita
aduk dan tekan bahan hingga tenggelam ke dalam air.
Pengelolaan sampah akan sangat
terbantu dan berdampak signifikan untuk pengurangan sampah jika setiap rumah
tangga dapat memanfaatkan sampah
terutama sampah organik. Yukk kurangi sampah dari rumah J
Source:
https://waste4change.com/eco-enzyme-multipurpose-liquid-from-organic-waste/2/
https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme
http://www.ssgi.or.id/id/sesi-berbagi-ilmu-eco-enzyme
https://sustaination.id/manfaat-dan-cara-membuat-eco-enzyme-di-rumah/